Prolog
Aku adalah mahasiswa di salah satu politeknik negeri di daerah depok. Setiap kali aku pulang dari kampusku, tempat yang aku tuju adalah stasiun kereta api. Menunggu sudah jadi hal yang paling utama di sana. Menunggu apalagi kalau bukan kereta api tujuan pasar minggu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini aku keluar kampus lebih lama dari hari biasanya. Badanku terasa begitu lemas sedang otakku tidak bisa berpikir dengan jernih. Hari ini begitu melelahkan bagiku yang sedari pagi merasa tidak enak badan. Jam menunjukkan kearah angka 4, sudah sore pikirku. Segera ku bergegas menuju stasiun kereta api karena kereta yang aku naiki segera tiba tepat pukul 04.35, masih butuh 35 menit waktuku. Entah kenapa berjalan saja bagiku berat sekali. 30 menit waktu yang cukup untukku hingga sampai stasiun kereta api-yang biasanya hanya 15 sampai 20 menit saja-. Aku masih punya waktu 5 menit sembari menunggu keretaku lewat. Di sebelahku duduk seorang kakek tua dengan topi rimba yang sudah lusung. Aku memulai pembicaraan dengannya.
"Kakek mau pergi kemana ?" tanyaku.
"Kakek mau ke Bogor, ke tempat cucu kakek" jawabnya dengan suara agak gemetar.
"Kalau begitu kakek salah arah, kereta jurusan Bogor itu disebelah sana" unjukku kepada kakek.
"Makasih ya nak." senyum kakek kepadaku sambil memegang pundakku.
Perasaan apa ini ? Otakku yang sedari tadi lumpuh dan tak bisa berpikir akhirnya membayangkan sesuatu. Andai saja dalam 5 menit tadi aku tidak memberi tahu kakek tadi arah yang benar bagaimana nasib kakek tadi ? Anganku mulai melepaskan sejuta gejolak. Pelajaran untukku di hari ini. Hanya dengan waktu 5 menit yang tersisa kakek tadi tidak jadi menuju arah yang salah dan menemukan jalan yang benar yang ia tuju. Begitu juga hidup. Mungkin hanya dengan 5 menit dalam hidup kita, kita dapat merubah hidup kita menjadi sesuatu yang kita harapkan dan tentunya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Itu semua bisa terjadi asalkan kita bisa menentukan jalan yang kita ambil.
Pagi ini aku bagaikan mati suri. Tak heran kalo aku kesiangan. Badanku sebenarnya masih tak enak badan dan mataku berat sekali untuk memberi celah pada cahaya. Tidak masuk kuliah saja pikirku, tapi entah kenapa badan ini bergerak seolah tak dikontrol. Aku menuju kamar mandi dengan setengah kesadaranku. Jam sudah berdetak dan aku memang benar-benar akan terlambat. Aku memutuskan untuk berangkat ke kampus dengan kereta api kali ini. Tiba saja aku di stasiun tepat pukul 07.05, sedang kerataku datang masih ada waktu 10 menit. Tak begitu ramai stasiun ini, tak seperti hari biasanya. Mataku tertuju pada seorang bapak dengan stelan jas yang rapi, ia tertidur. Sebenarnya akupun masih mengantuk. Waktu 10 menit seharusnya aku bisa gunakan untuk sekedar memejamkan mata. Tapi ternyata kereta untukku datang 5 menit lebih awal. Aku naik keretaku sembari melihat bapak yang tertidur tadi. Pas sekali saat keretaku jalan bapak tadi terbangun, ia sadar ia ketinggalan keretanya. Bisakah kalian mengambil pelajaran dari ini ? Janganlah lengah pada waktu. Sesekali kesempatan bisa datang lebih awal dan tidak dapat diduga. Jangan sampai tertidur karena kesempatan itu akan hilang. Aku berpikir mungkin bapak tadi menunggu lagi keretanya datang dan itu menghabiskan waktunya. Kesempatan yang sudah tertinggal akan butuh waktu lama agar ia datang kembali.
Rutinitas yang aku jalani di kampus akhirnya selesai. Bagai narapidana yang keluar dari penjara rasanya karena hari ini konsentrasiku hanyalah dapat beristirahat dengan nyaman di rumah. Langsung saja aku langkahkan kakiku menuju stasiun kereta api langgananku. Kali ini aku tidak sendirian, aku ditemani seorang temanku bernama Rafa.
"Jam setengah dua" jawabku pada Rafa setelah kita sampai di stasiun.
"Wah kereta ekonomi AC masih lama dong datengnya" eluh Rafa.
"Yaudah naik kereta ekonomi biasa aja bareng gua, cuma nunggu 10 menit lagi" saranku kepada Rafa.
"Yah tapi gua udah kebiasaan naik yang ekonomi AC, gimana dong ?" jawab Rafa dengan keragu-raguan di wajahnya.
"Dicoba aja toh sama aja tujuannya, malah bisa lebih cepat sampai" jelasku sambil meyakinkannya.
"Oke deh kalo gitu" kata terakhir dari Rafa yang menandakan ia setuju.
Akhirnya kita berdua naik kereta ekonomi biasa. Aku turun terlebih dahulu sedangkan Rafa masih ada beberapa stasiun yang ia harus lewati. Sampailah aku di rumah yang aku rindukan sebab di kampus selama tujuh jam bagiku seperti seratus tahun lamanya. Ketika aku beristirahat sejenak pikiranku mengingat kembali percakapanku dengan Rafa dan aku menyadari satu hal. Hidup itu tantangan, kadang kita harus berani mengambil langkah baru untuk cepat sampai pada tujuan kita dan tidak hanya terpaku pada jalan yang biasanya kita tempuh yang mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kita sampai pada tujuan.
Hari ini hari Minggu, hari terbebas yang aku miliki. Tak ada kuliah, tak ada pelajaran yang harus dipaksa masuk ke otakku. Tak ada kuliah bukan berarti aku tak ke stasiun idamanku. Rencanaku hari ini adalah pergi ke Bogor untuk sekedar refreshing. Untuk sampai ke Bogor tentunya aku harus naik kereta dan itu berarti aku harus ke stasiun kereta api. Aku sudah siap untuk pergi, pikirku sambil merapikan kerah kemejaku. Sampailah aku di Bogor tepat pukul 08.55, dan itu masih terlalu pagi sepertinya bagiku. Lanjut saja kakiku melangkah menuju tempat-tempat yang menarik yang ada di Bogor. Aku sendirian disini dan aku menikmati kesendirianku. Entah mengapa di hari bebasku jam selalu berdetak seratus kali lebih cepat dibandingkan dengan hari-hariku yang lain yang sering kuhabiskan di kampus. Langit dengan warna kemerah-merahan sudah memberiku tanda bahwa aku harus pulang. kusegerakan kakiku melangkah menuju stasiun Bogor. Setibanya aku distasiun, segera ku duduk karena kakiku rasanya terlalu lemas jika harus berdiri lebih lama. Sambil menunggu keretaku tiba, aku membaca buku novelku yang sudah seminggu tak ku baca kelanjutan ceritanya. Begitu asyiknya aku bersua dengan novelku, sehingga keretaku yang sedari tadi sudah tiba pun tak aku hiraukan. Kakiku pun enggan untuk beranjak dari tempatku duduk. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, yang aku tahu aku sedang tak ingin cepat-cepat naik kereta. Aku biarkan keretaku yang pertama pergi begitu saja. Tiba-tiba datang seseorang menyapaku.
"Hai dek, mau ke jakarta ?" tanya orang itu kepadaku.
"Iya bang, kenapa emangnya ?" jawabku dengan sedikit kecurigaan di hatiku.
"Ah, engga. Cuma nanya doang." jawabnya sambil melakukan gerakan-gerakan yang tidak wajar.
Kecurigaanku benar ternyata, uang di kantongku dirampasnya. sudah kuikhlaskan saja dalam pikirku, tapi tidak dalam hatiku karena ilmu ikhlasku masih tak begitu tinggi. Entah apa yang terjadi padaku di hari itu, semua waktuku bagai ada yang mengatur. Kenapa aku tak segera naik keretaku yang pertama ? Kenapa aku bertemu dengan pencopet ? jawabnya seakan sudah ada diotakku. semua adalah skenario dari-Nya. Sebenarnya aku tahu betul di stasiun banyak sekali pencopet, lalu kenapa tak kusegerakan kakiku agar ku bisa pergi dari stasiun itu saat keretaku datang ? Jawabnya karena Sang Pembuat Skenario Kehidupanku sudah menuliskan jalan cerita hidupku sendiri. DIA telah mengatur sedemikian rupa agar aku tidak segera naik keretaku hingga akhirnya uangku hilang. Kini aku belajar sesuatu, aku belajar bagaimana cara mensyukuri apa yang terjadi dalam hidupku. Karena sesungguhnya Tuhan sudah membuat skenario yang indah dalam setiap kejadian di hidup kita.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Epilog
Stasiun kereta api bukanlah tempat yang nyaman untuk kita belajar. Namun siapa sangka bahwa di tempat yang tidak nyaman itu sebenarnya kita bisa mendapatkan ilmu yang lebih penting dari pada STATISTIKA, MATEMATIKA, FISIKA, dan ilmu-ilmu lain yang kita pelajari secara formal. Stasiun kereta apiku, disanalah aku banyak mengambil pelajaran dalam hidupku. Banyak kejadian yang terjadi di sana yang memberikanku penalaran-penalaran dasar akan makna "kenapa kita hidup". Dan aku tak akan pernah menyesal kalau aku pernah sering berada di stasiun kereta api. Kini stasiun kereta api ini telah penuh dengan manusia. Waktunya aku meninggalkan stasiun kereta api ini untuk sementara. Dan esok hari aku akan datang lagi dengan sejuta kisah menarik lainnya.
inspirated by pendutt
October 12th, 2009
nice post brur. :)
BalasHapusNice post ...
BalasHapus