Pena dan Secarik Kertas....
Jumat, 04 Maret 2011
The Meaning Of Alphabet In Your Life
A : Accept.
Terimalah diri anda sebagaimana adanya.
B : Believe.
Percayalah terhadap kemampuan anda untuk meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.
C : Care.
Pedulilah pada kemampuan anda meraih apa yang anda inginkan dalam hidup.
D : Direct.
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.
E : Earn.
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.
F : Face.
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.
G : Go.
Berangkatlah dari kebenaran.
H : Homework.
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.
I : Ignore.
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan anda mencapai tujuan.
J : Jealously.
Rasa iri dapat membuat anda tidak menghargai kelebihan anda sendiri.
K : Keep.
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.
L : Learn.
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
M : Mind.
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.
N : Never.
Jangan terlibat skandal seks, obat terlarang, dan alkohol.
O : Observe.
Amatilah segala hal di sekeliling anda.
Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.
P : Patience.
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat anda terus berusaha.
Q : Question.
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.
R : Respect.
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.
S : Self confidence, self esteem, self respect.
Percaya diri, harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita dari saat-saat tegang.
T : Take.
Bertanggung jawab pada setiap tindakan anda.
U : Understand.
Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada yang dapat mengalahkan anda.
V : Value.
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.
W : Work.
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.
X : X'tra.
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.
Y : You.
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.
Z : Zero.
Usaha nol membawa hasil nol pula.
Rabu, 12 Januari 2011
kau beserta harapku
aku harap ,
kau mendengarnya meski tak sepatah kata pun aku ucapkan ..
aku harap ,
kau merasakannya meski tak banyak perhatian yang aku berikan ..
aku harap ,
kau mengerti meski terkadang sulit aku menjelaskan ..
saat ini , entah mengapa ..
berharap tentangmu menjadi agendaku malam ini ..
setiap kata-kata indah yang tak mampu terucap ..
setiap rasa sayang yang tak mampu ditunjukkan ..
setiap pengertian yang tak mampu dijelaskan ..
ku harap kau tahu ,
bahwa itu semua untukmu ..
bagiku ,
hanya dengan menyapamu ..
hanya dengan tersenyum padamu ..
hanya dengan kau nyaman berada di dekatku ..
sudah mampu membuatmu , mendengar kata-kata yang tak mampu kuucapkan ..
merasakan perhatian yang tak mampu kutunjukkan ..
mengerti alasan atas sesuatu yang tak mampu kujelaskan ..
*inspirated by pendutt :D
Thursday, December 30, 2010 at 1:08am
Senin, 26 Juli 2010
the best from me to you
malam ini , bolehkah aku berkeluh kesah ?
aku rasa tak ada salahnya , itu hak diriku !
ini bukan tentang percintaan ,
melainkan masalah kehidupan ..
kalian pernah merasa ragu dalam hidup ?
saya pernah dan mengalaminya saat ini ..
berfikir tentang menjadi dewasa ,
kalau boleh memilih aku tidak ingin jadi dewasa ..
tapi sayangnya jadi dewasa itu bukan pilihan ,
melainkan suatu proses kehidupan ..
sering kali aku berangan-angan aku tidak sendiri ,
ya , aku ingin sekali punya kakak atau adik ..
setidaknya aku tidak sendiri ..
kalian pernah merasakan bagaimana mengangkat dua buah batu besar hanya dengan satu tangan ?
aku tahu rasanya , dan sungguh terasa begitu berat ..
harapan kedua orang tua yang hanya bertumpu pada seorang anak ..
seorang ! bukan dua , tiga bahkan empat orang !
seandainya , dan lagi lagi aku berandai ..
ada seorang kakak atau adik , mungkin harapan itu bisa terbagi ,
terbagi sama rata ..
sebenarnya tak ada yang sulit dalam hidup kalo kita ikhlas menjalaninya ,
dan aku tahu benar akan hal itu ..
tapi membayangkan apa yang akan terjadi nanti ,
dan ternyata aku gagal ,
tidakkah harapan yang hanya satu-satunya ini tak ada gunanya ?
lagi dan lagi aku harus mengubah pandanganku ,
gaya berfikirku ..
kalau masa depan tidak akan ada yang tahu takdirnya ..
dan ,
tak tahu bagaimana aku nantinya ,
yang aku tahu saat ini ..
saat ini aku begini dan saat ini aku disini ..
for all the things I do right now , it's the best from me to you , my dad and mom .. I love you : )
*inspirated by pendutt :D
Monday, July 19, 2010 at 12:56am
di saat seperti ini ,
dimana duniaku berputar tanpa arah ..
dimana langkahku hanya berjalan di tempat ..
dimana waktuku berhenti tanpa sebab ..
aku butuh seseorang !
atau mungkin beberapa orang ..
setidaknya bukan hanya diriku seorang ..
sungguh ! semangatku yang dulu entah mengapa hilang ..
kau , ya kalian !
tidakkah kondisiku menyedihkan ?
tidakkah aku perlu belas kasihan ?
terserah mau kalian anggap apa aku ini !
yang jelas aku memang sedang dalam kondisi terburukku ..
kau , ya kalian !
pernahkah sesekali tanyakan kondisiku ?
pernahkah setidaknya memberiku kata penyemangat ?
yang aku tau , aku mengatasinya sendiri , dengan caraku sendiri ..
musik jazz yang mengalun malam ini mungkin mampu menenangkan hatiku ,
tapi sungguh itu tak cukup !
aku ingin di setiap lelahku , ada yang mampu menemani ..
aku ingin di setiap gundahku , ada yang selalu mengiringi ..
aku ingin di setiap lemahku , ada yang dapat menopang ..
aku ingin di setiap amarahku , ada yang sabar mendampingi ..
bisakah ada yang merasakannya ?
bisakah yang jauh disana merasakannya ?
#inspirated by pendutt :D
Wednesday, May 12, 2010 at 8:49pm
hidupku , dunia dan waktu ..
dunia dan waktu ..
aku sedang lelah kali ini ..
lelah karena terus melangkah ..
lelah dengan segala apa yang ada ..
bolehkan aku istirahat sejenak ?
sekedar untuk menghela nafas ..
serta duduk bersandar ..
sungguh ! aku tak mau mengeluh ..
aku hanya sedang lelah ..
lelah karena sang waktu ..
waktu yang tak mau menunggu ..
dunia dan waktu ..
andai saja mungkin ..
bisakah lelahku ini terbagi oleh orang lain ?
sedikit saja ..
sungguh ! aku tak mau meminta ..
aku hanya merasa sendiri ..
sendiri karena sang dunia ..
dunia yang sulit terjamah ..
ah ! kau pasti tau ..
dunia dan waktu ..
jalan hidupku ..
lantas untuk apa aku mengeluh ?
dunia dan waktu ..
aku tau ..
ada akhir yang indah nantinya ..
dan sekarang ..
aku jalani hidupku , dunia dan waktu ..
*inspirated by pendutt : )
Wednesday, April 28, 2010 at 10:29pm
for those who always believe in me , thank you : )
sepertinya ..
diriku sudah kembali seperti bagaimana aku ..
bukankah menjadi diri sendiri itu hal terbaik ?
ya ! aku merasa baik saat ini ..
merasa semua akan berangsur membaik nantinya ..
ternyata ..
berubah menjadi pribadi yang berbeda itu aneh !
seperti ada yang hilang ..
semua terlalu kacau dalam duniaku ..
dan aku benci kondisi seperti itu !
rasanya ..
saat ini kakiku terasa ringan untuk melangkah ..
dadaku terasa lapang untuk bernafas ..
aku senang seperti ini ..
sungguh !
aku merindukan hal yang sedemikian ini ..
dan yang aku tahu ..
aku punya Tuhan ..
aku punya mereka ..
aku punya masa depan ..
aku punya harapan ..
dan demi semua itu ,
aku harus bahagia ,
aku harus buat semuanya menganggap aku ada ..
for those who always believe in me , thank you : )
*inspirated by pendutt
Thursday, February 25, 2010 at 9:28pm
selamat tinggal , sahabat ..
"jangan memulai kalau tidak mau mengakhiri" ..
"jangan mengenal kalau tidak mau berpisah" ..
kata-kata yang membuat aku sadar akan satu hal ,
sadar kalau kalian tidak untuk diriku lagi ..
sahabatku tersayang ,
tidakkah kalian ingat ?
dulu saat kita tertawa bersama ..
dulu saat kita menangis bersama ..
dulu saat kita berbagi cerita bersama ..
semua kenangan yang membuatku ingin mengulang masa lalu ..
yang membuatku tak mampu melangkah maju ..
sahabatku tercinta ,
masih bisakah kalian ?
menjadi sosok yang dapat aku andalkan ..
menjadi penopang saat ku terpuruk ..
menjadi senyum dalam hariku ..
sungguh ! aku butuh kalian ..
tidak tahu bagaimana hidupku nantinya bila aku tak ada kalian ..
terkadang , segala yang kita impikan memang indah ..
namun jalannya tak kan semudah yang kita bayangkan ..
sekarang , saat ini juga ..
aku jatuh , aku terpuruk ..
dan lebih sakitnya lagi ,
kalian tidak ada , kalian seolah hilang ..
hilang dari sisiku ..
hilang dari pandanganku ..
hilang dari punggungku ..
hilang tak berbekas ..
mungkin , aku memang terlalu banyak berharap ..
aku tahu aku harus bangkit , aku harus melangkah ke depan ..
namun bayang kalian selalu berhasil membuatku mundur ..
dan aku telah lelah ..
lelah pada keadaan yang tak tentu saat ini ..
aku harus bagaimana ?
tolong ! beri tahu aku harus bagaimana ?
ada yang bilang padaku ,
terkadang untuk dapat menjalani hidup kita harus merelakan apa yang kita punya ..
dan saat ini aku ingin menjalani hidupku sendiri ,
ingin terus maju tanpa menoleh kebelakang ..
kalian perlu tahu bahwa ini berat untukku ..
bahwa ini menyesakkan dadaku ..
bahwa ini menyakitkan hatiku ..
bahwa ini mengorbankan segenap air mataku ..
maaf ,
selamat tinggal , sahabat !
*inspirated by pendutt ..
Friday, February 19, 2010 at 8:27pm
satu ruang di hatiku untukmu
sejenak ,
semua nampak padamu ..
ketika bibirmu mengulas senyum ,
senyum yang mampu menyihir fikiranku ..
ah ! aku tahu ada damai di hatiku ..
ketika air mata menetes di pipimu ,
air mata kesedihan yang mampu menyayat hatiku ..
ah ! aku rasa ada yang menghimpit dadaku ..
membayangkanmu saja sudah menyita banyak waktuku ..
kau tahu itu ?
mungkin , suatu saat nanti ..
ada waktu untukku , berhenti membayangkanmu ..
karena kau senantiasa di sisiku ..
kau pernah lihat isi hatiku ?
meskipun tak kutunjukkan kepada banyak orang ..
meskipun kusimpan dalam-dalam ..
ada satu ruang di hatiku untukmu ..
semoga kau melihatnya ..
semoga ruang ini nantinya dapat kau temui ..
satu ruang di hatiku untukmu ..
*inspirated by pendutt :D
Thursday, February 18, 2010 at 12:00pm
Maaf ! Sesederhana itu ..
dulu disaat semuanya terasa indah ..
dulu disaat kau masih menatapku dengan tatapan yang mampu melumpuhkan hatiku ..
dulu disaat waktu berhenti berputar ketika kau di dekatku ..
semua itu kenangan masa lalu ..
tak pernah terbesit dalam otakku ,
dalam imajinasiku ,
dan bahkan dalam mimpiku sekalipun ..
kenyataan yang merubah segalanya ..
dan ini di luar kendaliku !
kalau saja aku bisa ,
andai saja aku mampu ,
bila saja ada sedikit waktu ,
bila saja ada sedikit harapan ,
bila saja ada sedikit keajaiban ..
mungkin rasa itu bisa kujaga sampai kini ..
maaf ! sesederhana itu ..
hanya itu ,
sekedar kata itu ,
yang mampu terucap di bibirku ..
maaf ! sesederhana itu ..
*inspirated by pendutt :D
Saturday, February 13, 2010 at 5:06pm
aku mau egois !
saat aku masih kecil ,
semuanya tampak baik-baik saja ..
tak punya beban ,
tak ada yang harus difikirkan ..
saat aku masih kecil ,
semuanya indah di hadapanku ..
tak muncul masalah ,
tak ada otak yang dipaksa bekerja ..
saat aku masih kecil ,
semuanya begitu menyenangkan ..
tak kenal tuntutan ,
tak ada pilihan-pilihan yang sulit ..
rasa-rasanya aku rindu masa kecilku ..
inginku menjadi anak kecil , selamanya !
yang bebas menangis ..
yang boleh meminta ..
kalau saja aku boleh egois ,
kalau saja aku boleh meminta ,
kalau saja aku boleh memaksa ,
aku tidak ingin jadi dewasa !
orang dewasa itu rumit ,
terlalu banyak tuntutan !
dan selalu dihadapkan oleh pilihan-pilihan sulit ..
orang dewasa itu ngga asik !
terlalu banyak aturan ,
dan selalu dihadapkan oleh sebuah konsekuensi ..
andai saja aku boleh egois , sekali ini saja , aku rindu masa kanak-kanakku ..
aku mau egois !
*inspirated by pendutt
Thursday, February 11, 2010 at 11:41pm
Rabu, 21 Juli 2010
merindunya sepanjang malam
saat ini , dimalam hari ini ..
mataku terjaga sedang anganku fikirkanmu ..
entah mengapa bayangmu memenuhi seluruh isi otakku , malam ini ..
segenap kesadaranku menghilang tak bersisa ..
kau sudah berhasil merasuki alam bawah sadarku ! tak tersisa , sedikitpun !
aku sadar aku sudah semakin dalam menghayalkan segala tentangmu , malam ini ..
begitu dalam hingga lubang besar menganga dihatiku, tanpa kusadari !
rasanya disini-dihati ini- sakit , sesak tak tertahankan ..
seluruh kendali diriku rusak ! aku kacau malam ini ..
angin malam ini seharusnya dingin menyentuh kulitku , namun nyatanya raga ini mati rasa !
yang bisa dirasa hanyalah hati ini , hati yang terlanjur beku ..
dan ah ! akhirnya aku memang lemah , bodoh !
bisa-bisanya air mata ini keluar , sungguh memalukan !
dan aku tetap terjaga sepanjang malam ini ..
aku rindukanmu ...
*inspirated by pendutt : )
Saturday, January 30, 2010 at 11:40pm
lost memories in december
desember ..
terdapat kisah di dalamnya ..
tentang seseorang yang telah tiada ..
juga tentang seseorang yang pergi dengan senyum terindahnya ..
andai saja khayalanku menjadi kenyataan ,
mungkin sang waktu mau mengembalikanku pada masa yang lalu ..
pada masa dimana masih ada mereka dalam hariku ..
wahai desember ,
bolehkah aku sedikit berangan - angan ?
sungguh aku tidak mengharapkan lebih !
aku tau ada yang tak bisa terwujud meski kemungkinan itu ada ..
ah aku tidak suka seperti ini ..
aku rindu pada dia yang di surga ..
sosok yang sebenarnya tidak pernah ada dalam ingatanku ..
sumpah ! aku tidak tau perasaan apa ini ..
seperti rasa kangen pada dia yang ada jauh di seberang sana ..
pada sosok yang dulu pernah hadir dalam hidupku ..
desemberku ,
kau adalah saksi bisu adanya mereka berdua dalam hidupku ..
anganku engkau bawa terbang begitu tinggi ..
dan kenyataan yang ada berhasil menghempaskanku begitu keras ke bumi ..
entah apa yang akan desember bawa untukku dulu , saat ini , maupun nanti ..
yang aku tau desemberku akan selalu ada tiap tahun ..
melengkapi bulan" sebelumnya ..
*inspirated by pendutt : )
December 28th, 2009
Sabtu, 31 Oktober 2009
Angan Dari Surga
PROLOG
"Maaf saya harus mengatakan yang sejujurnya bahwa anda terkena penyakit kanker dan usia anda tidak lebih dari tiga bulan lagi" kata dokter yang memeriksaku sejak tadi. Dokter telah memvonis bahwa diriku terkena penyakit kanker dan usiaku sudah tidak lebih dari tiga bulan. Jantungku berhenti sejenak dan kemudian berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Dan entah sejak kapan secara tidak sadar air mataku setetes demi setetes jatuh membasahi pipiku. Dadaku terasa begitu sesak sedang nafasku mulai terengah. Kenyataan yang tak bisa begitu saja aku terima dengan mudah, kenyataan yang hanya diketahui oleh aku dan dokterku saja. Apakah harus kuberitahukan kepada orang tuaku, kepada orang-orang terdekatku? Anganku langsung saja melambung sejauh yang ia bisa, otakku pun mulai lumpuh sedang tatapanku kosong.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Namaku Angan, entah maksud dari namaku itu apa yang aku tahu kedua orang tuaku memberiku nama Angan. Pagi ini aku dibangunkan oleh sinar matahari pagi yang menembus jendela ruang tidurku.
"Selamat pagi dunia" kataku lebih untuk diriku sendiri.
Saat ini usiaku sudah menginjak angka 18, dan itu berarti aku sudah siap mengetahui segala rahasia yang ada di dunia. Entah rahasia apakah itu yang jelas aku tertarik akan hal itu, tertarik pada apa yang tidak aku ketahui sebelumnya. Pagi sampai siang hari ini kujalani seperti hari biasanya, tak ada yang berbeda. Matahari sudah mulai lelah menampakkan dirinya seiring dengan langit yang berwarna kemerah – merahan. Sudah sore pikirku dan aku pun sudah mulai lelah beraktivitas hari ini. Entah kenapa tubuhku sering merasa cepat lelah akhir – akhir ini disertai dengan sakit kepala yang begitu menyiksa. Akan kuperiksakan ke dokter esok hari pikirku.
Keesokan harinya aku pergi ke dokter. Selama hampir satu jam aku berkonsultasi dan diperiksa oleh dokter akhirnya sang dokter mengatakan sesuatu.
"Maaf saya harus mengatakan yang sejujurnya bahwa anda terkena penyakit kanker dan usia anda tidak lebih dari tiga bulan lagi" kata dokter yang memeriksaku sejak tadi.
Tidakkah ini berita yang sangat mengejutkan? Badanku kaku seketika seakan tidak bernapas untuk sepersekian menit. Apa yang harus aku perbuat? Otakku lumpuh sejadi – jadinya dan aku benar – benar seperti orang yang tak punya arah. Kulangkahkan kakiku keluar ruang dokter dan berjalan menelusuri koridor. Koridor yang kulalui menjadi sangat panjang untuk kulewati karena kakiku terasa berat untuk melangkah.
Hari ini adalah hari pertamaku sejak aku divonis mengidap penyakit kanker. Aku sudah mulai bisa menerima kenyataan yang ada namun aku belum terlalu siap untuk memberitahukan semuanya pada orang – orang terdekatku. Semua tampak biasa saja dalam pandanganku tapi tidak dalam pikiranku. Di sini di tempat ini di sebuah taman bermain aku duduk melamun seorang diri, pikiranku terbang setinggi ia mampu. Sampai akhirnya seseorang datang mendekatiku dan menyapaku dengan ramah, seorang gadis kecil yang berpenampilan sedikit aneh menurutku.
“ Hai adik kecil, sedang apa kamu disini? Mana orang tua kamu? ” tanyaku padanya.
“ Orang tuaku sudah ada di surga kak bersama kakak laki – lakiku. ” jawaban polos yang keluar dari bibir gadis kecil berusia 8 tahun.
Pada gadis itu tidak tampak kesedihan dalam raut wajahnya, melainkan seulas senyum yang terlukis di bibirnya. Mungkin baginya keberadaan orang terdekatnya sudah cukup membuatnya bahagia dan sekarang gadis itu hanya harus merelakan orang terdekatnya itu memperoleh kebahagiaannya sendiri, gadis kecil itu kini sudah ikhlas dan orang terdekat baginya sudah berhasil membuatnya tetap tersenyum meski mereka sudah tidak ada lagi untuk gadis kecil itu. Akupun memberikan senyum kecilku padanya. Kini aku tahu apa yang harus aku lakukan. Tak peduli penyakit yang bersarang pada tubuhku, tak peduli berapa lama sisa usiaku, yang aku tahu aku akan tetap hidup sampai orang – orang terdekatku tersenyum lepas saat kepergianku tiba.
Dia adalah ibuku, wanita tua yang sederhana yang selalu tampil apa adanya. Dan disampingnya adalah ayahku, sosok pria berkulit coklat dengan sedikit uban di rambutnya. Serta yang berada di tengah adalah aku bersama adik laki – lakiku, Awan yang sudah berusia 10 tahun. Aku sedang memandangi foto keluarga yang berada di dalam dompetku. Kami sekeluarga tinggal di rumah yang sederhana dengan ruangan seadanya. Ayahku hanya bekerja sebagai karyawan biasa dengan gaji ala kadarnya, sedang ibuku membuka warung makan demi mencukupi kebutuhan kami semua. Adikku adalah bocah ingusan yang selalu ingin menang sendiri namun aku begitu menyayanginya dan ia adalah sumber motivasiku belajar, sedangkan aku sendiri adalah mahasiswa dengan kecerdasan yang bisa dibilang standard. Disaat seperti ini mengingat mereka merupakan rutinitasku setiap menit seolah mereka akan selalu ada di sisiku sepanjang waktu, dengan begitu aku tidak takut kalau suatu saat Tuhan mengambil nyawaku karena mereka senantiasa ada di dekatku.
Hari ini genap sebulan aku mengidap penyakit kanker dan tak ada satu pun orang yang mengetahui fakta ini. Kuputuskan untuk berjalan – jalan mengelilingi kota Jakarta hari ini, hanya sekedar untuk menghilangkan kepenatanku akan pikiran – pikiran yang mungkin tak terlalu penting untuk dipikirkan. Langkah kakiku membawaku menuju jalan raya dengan hiruk – pikuk kendaran yang berlalu – lalang. Mataku tertuju pada sekelompok anak kecil yang bernyanyi dari satu mobil menuju mobil yang lainnya hanya untuk mendapatkan sereceh uang logam. Kumelihat mereka tertawa seakan tak memiliki beban hidup, mungkin saja mereka tak memiliki keluarga, tak punya orang tua ataupun sanak saudara. Senyuman tersimpul di bibir mereka menandakan kebahagiaan, tertawa lepas tak nampak raut wajah kesedihan sedikit pun. Mereka asyik bercanda satu sama lain, sedang selain itu mereka harus bernyanyi di bawah terik matahari demi sesuap nasi. Tak sedikit yang bisa aku pelajari dari mereka, bahwa kebahagiaan bukan tentang materi bukan pula tentang apa yang kita punyai. Mereka mungkin tak memiliki uang yang banyak dan mungkin tak memiliki keluarga dekat, namun mereka dapat merasakan kebahagiaan yang belum tentu dimiliki banyak orang. Mereka memiliki kebahagiaan dari hidup yang mereka jalani sekarang, kehidupan dengan harapan yang masih tersisa pada diri mereka. Harapan bahwa mereka bisa hidup layak meskipun banyak orang yang menganggap mereka tak pernah ada.
Tidak lama setelah hari dimana aku bertemu dengan anak – anak jalanan, kondisi tubuhku melemah. Wajahku sudah tampak seperti orang yang tidak sehat pada umumnya. Terdapat tanda – tanda curiga dari raut wajah ibu namun aku selalu bisa menutupinya dengan seulas senyum yang terkadang memaksa. Kali ini aku akan pergi ke dokter untuk sekedar memastikan, barang kali saja penyakitku tiba – tiba hilang seketika meskipun hal itu mustahil dan aku berharap bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia. Namun hasilnya nihil, tak ada hal yang membaik dari semuanya, aku pun segera berjalan keluar dari rumah sakit. Di perjalanan pulang, tepatnya di dalam transjakarta, aku bertemu seorang kakek tua bersama cucunya. Aku memulai pembicaraan dengannya.
“ Kakek, itu cucu kakek ? ” tanyaku pada kakek.
“ Iya, ini cucu kakek namanya Arfya. Lucu sekali kan ? ” jawab kakek dengan senyum dan tawa di wajahnya.
“ Lucu sekali kek, gemes ngeliatnya. Orang tuanya maksud saya anak kakek mana ? kok adek bayinya dirawat sama kakek ? ” Tanyaku dengan sopan takut – takut menyinggung perasaan kakek.
“ Oh, orang tua bayi ini sudah meninggal dalam kecelakaan. ” jawab kakek dengan nada sedikit melemah namun senyum masih tetap terlukis di bibirnya.
“ Maaf ya Kek, saya tidak tahu. ” kata terakhir dariku yang merasa pembicaraan sebaiknya disudahi saja.
Meskipun aku sudah tak berbicara pada kakek tapi mataku masih memandangnya, dia asyik sekali bercanda dengan cucunya yang mungkin usianya baru sekitar 3 bulan. Tertawanya begitu lepas meskipun aku tahu dia baru saja ditinggal oleh anaknya beberapa waktu yang lalu. Aku mengerti sekarang bahwa kebahagiaan tak diperuntukan hanya untuk mereka yang masih muda dan memiliki segalanya, bahkan seorang kakek tua yang masih sibuk merawat bayipun bisa berbahagia. Kakek itu memiliki kebahagiaan dari apa yang telah dititipkan padanya, seorang cucu dari anaknya yang telah meninggal. Aku ikuti kakek itu sampai ke rumahnya dan ternyata rumahnya begitu sederhana, tak seperti yang aku bayangkan.
Sudah hampir 3 bulan berlalu dan aku memang sudah benar – benar layaknya orang sakit. Ibu, ayah, dan adikku pun telah mengetahui semuanya, dan mereka tampak tak seceria dulu. Aku ingin mereka bahagia, tidak seperti sekarang ini dimana wajah mereka tampak begitu cemas memikirkanku. Dan akhirnya masa dimana kontrak hidupku di dunia habis tiba juga, ada pesan yang aku sampaikan kepada ibu, ayah, juga Awan.
“Kebahagiaan bisa didapat kapanpun, dimanapun, dengan siapapun, dan dengan cara bagaimanapun. Dulu aku sempat melihat anak jalanan yang tampak bahagia meskipun tak memiliki keluarga, aku harap kalian akan seperti itu, kalian bahagia demi orang – orang yang masih ada di sekitar kalian. Dulu aku juga sempat melihat kakek tua yang begitu ceria meskipun hanya memiliki cucu yang masih bayi, aku harap kalian akan seperti itu, kalian bahagia dengan siapapun yang masih ada di tengah – tengah kalian. Dengan begitu aku juga punya kebahagiaanku sendiri. Aku tetaplah angan yang pernah hadir dalam hidup kalian, angan yang akan selalu membuat kalian tersenyum, angan yang meskipun tak terlihat tapi masih dapat dirasakan canda tawanya. ”
Dan mereka tetap tersenyum dalam tidur panjangku, aku senang sekali mereka seperti itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------
EPILOG
Surat Angan dari Surga,
Untuk Awan adikku,
Aku hanya ingin sedikit menuliskan apa yang sedang aku bayangkan. Kau tahu kalau kau itu menjengkelkan ? anak kecil yang sok dewasa dengan keegoisan tingkat tinggi. Kadang semua itu membuatku benar – benar murka terhadapmu, tapi tidak pada kenyataannya. Kau adalah sumber penyemangatku dan kau perlu tahu akan hal itu. Teruslah tersenyum dengan lebar selayaknya waktu kau dapat mainan baru dari ayah sedangkan aku tidak. Bukankah kau begitu senang kalau sikap tak adil itu selalu dijatuhkan untukku ? tapi bukan itu yang aku maksud. Aku ingin kau tetap tersenyum untuk ibu dan ayah karena senyum yang mereka punya hanyalah senyum darimu sekarang. Carilah kebahagiaanmu sendiri karena kakakmu yang suka meledekmu ini sudah punya kebahagiaan sendiri.
Untuk Ibu dan Ayah,
Aku bingung ingin menulis apa dalam surat yang aku tujukan untuk kalian, yang jelas aku sedang ingin membuat sebuah surat untuk kalian. Aku tahu sekali kalau aku tak pernah berbakat yang namanya merayu, tapi dalam surat ini aku akan coba. Kalian tahu apa yang aku inginkan sehingga aku membuat surat rayuan ini? Aku ingin kalian tetap tersenyum. Aku sedikit mengerti kata Angan dalam namaku, angan itu bisa disebut sebuah bayangan tapi bisa juga dikatakan sebuah imajinasi. Oleh karena itu bayangkanlah diriku yang senantiasa tersenyum apabila melihat kalian bahagia. Ah, aku tahu kata – kataku tak romantis tapi tersenyumlah ibu, ayah. Berbahagiaan kalian dengan apa yang masih kalian punya karena anakmu yang suka membantah ini sudah bahagia dengan segala yang dipunya saat ini.
inspirated by pendutt : )
October 30th, 2009
"Maaf saya harus mengatakan yang sejujurnya bahwa anda terkena penyakit kanker dan usia anda tidak lebih dari tiga bulan lagi" kata dokter yang memeriksaku sejak tadi. Dokter telah memvonis bahwa diriku terkena penyakit kanker dan usiaku sudah tidak lebih dari tiga bulan. Jantungku berhenti sejenak dan kemudian berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Dan entah sejak kapan secara tidak sadar air mataku setetes demi setetes jatuh membasahi pipiku. Dadaku terasa begitu sesak sedang nafasku mulai terengah. Kenyataan yang tak bisa begitu saja aku terima dengan mudah, kenyataan yang hanya diketahui oleh aku dan dokterku saja. Apakah harus kuberitahukan kepada orang tuaku, kepada orang-orang terdekatku? Anganku langsung saja melambung sejauh yang ia bisa, otakku pun mulai lumpuh sedang tatapanku kosong.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Namaku Angan, entah maksud dari namaku itu apa yang aku tahu kedua orang tuaku memberiku nama Angan. Pagi ini aku dibangunkan oleh sinar matahari pagi yang menembus jendela ruang tidurku.
"Selamat pagi dunia" kataku lebih untuk diriku sendiri.
Saat ini usiaku sudah menginjak angka 18, dan itu berarti aku sudah siap mengetahui segala rahasia yang ada di dunia. Entah rahasia apakah itu yang jelas aku tertarik akan hal itu, tertarik pada apa yang tidak aku ketahui sebelumnya. Pagi sampai siang hari ini kujalani seperti hari biasanya, tak ada yang berbeda. Matahari sudah mulai lelah menampakkan dirinya seiring dengan langit yang berwarna kemerah – merahan. Sudah sore pikirku dan aku pun sudah mulai lelah beraktivitas hari ini. Entah kenapa tubuhku sering merasa cepat lelah akhir – akhir ini disertai dengan sakit kepala yang begitu menyiksa. Akan kuperiksakan ke dokter esok hari pikirku.
Keesokan harinya aku pergi ke dokter. Selama hampir satu jam aku berkonsultasi dan diperiksa oleh dokter akhirnya sang dokter mengatakan sesuatu.
"Maaf saya harus mengatakan yang sejujurnya bahwa anda terkena penyakit kanker dan usia anda tidak lebih dari tiga bulan lagi" kata dokter yang memeriksaku sejak tadi.
Tidakkah ini berita yang sangat mengejutkan? Badanku kaku seketika seakan tidak bernapas untuk sepersekian menit. Apa yang harus aku perbuat? Otakku lumpuh sejadi – jadinya dan aku benar – benar seperti orang yang tak punya arah. Kulangkahkan kakiku keluar ruang dokter dan berjalan menelusuri koridor. Koridor yang kulalui menjadi sangat panjang untuk kulewati karena kakiku terasa berat untuk melangkah.
Hari ini adalah hari pertamaku sejak aku divonis mengidap penyakit kanker. Aku sudah mulai bisa menerima kenyataan yang ada namun aku belum terlalu siap untuk memberitahukan semuanya pada orang – orang terdekatku. Semua tampak biasa saja dalam pandanganku tapi tidak dalam pikiranku. Di sini di tempat ini di sebuah taman bermain aku duduk melamun seorang diri, pikiranku terbang setinggi ia mampu. Sampai akhirnya seseorang datang mendekatiku dan menyapaku dengan ramah, seorang gadis kecil yang berpenampilan sedikit aneh menurutku.
“ Hai adik kecil, sedang apa kamu disini? Mana orang tua kamu? ” tanyaku padanya.
“ Orang tuaku sudah ada di surga kak bersama kakak laki – lakiku. ” jawaban polos yang keluar dari bibir gadis kecil berusia 8 tahun.
Pada gadis itu tidak tampak kesedihan dalam raut wajahnya, melainkan seulas senyum yang terlukis di bibirnya. Mungkin baginya keberadaan orang terdekatnya sudah cukup membuatnya bahagia dan sekarang gadis itu hanya harus merelakan orang terdekatnya itu memperoleh kebahagiaannya sendiri, gadis kecil itu kini sudah ikhlas dan orang terdekat baginya sudah berhasil membuatnya tetap tersenyum meski mereka sudah tidak ada lagi untuk gadis kecil itu. Akupun memberikan senyum kecilku padanya. Kini aku tahu apa yang harus aku lakukan. Tak peduli penyakit yang bersarang pada tubuhku, tak peduli berapa lama sisa usiaku, yang aku tahu aku akan tetap hidup sampai orang – orang terdekatku tersenyum lepas saat kepergianku tiba.
Dia adalah ibuku, wanita tua yang sederhana yang selalu tampil apa adanya. Dan disampingnya adalah ayahku, sosok pria berkulit coklat dengan sedikit uban di rambutnya. Serta yang berada di tengah adalah aku bersama adik laki – lakiku, Awan yang sudah berusia 10 tahun. Aku sedang memandangi foto keluarga yang berada di dalam dompetku. Kami sekeluarga tinggal di rumah yang sederhana dengan ruangan seadanya. Ayahku hanya bekerja sebagai karyawan biasa dengan gaji ala kadarnya, sedang ibuku membuka warung makan demi mencukupi kebutuhan kami semua. Adikku adalah bocah ingusan yang selalu ingin menang sendiri namun aku begitu menyayanginya dan ia adalah sumber motivasiku belajar, sedangkan aku sendiri adalah mahasiswa dengan kecerdasan yang bisa dibilang standard. Disaat seperti ini mengingat mereka merupakan rutinitasku setiap menit seolah mereka akan selalu ada di sisiku sepanjang waktu, dengan begitu aku tidak takut kalau suatu saat Tuhan mengambil nyawaku karena mereka senantiasa ada di dekatku.
Hari ini genap sebulan aku mengidap penyakit kanker dan tak ada satu pun orang yang mengetahui fakta ini. Kuputuskan untuk berjalan – jalan mengelilingi kota Jakarta hari ini, hanya sekedar untuk menghilangkan kepenatanku akan pikiran – pikiran yang mungkin tak terlalu penting untuk dipikirkan. Langkah kakiku membawaku menuju jalan raya dengan hiruk – pikuk kendaran yang berlalu – lalang. Mataku tertuju pada sekelompok anak kecil yang bernyanyi dari satu mobil menuju mobil yang lainnya hanya untuk mendapatkan sereceh uang logam. Kumelihat mereka tertawa seakan tak memiliki beban hidup, mungkin saja mereka tak memiliki keluarga, tak punya orang tua ataupun sanak saudara. Senyuman tersimpul di bibir mereka menandakan kebahagiaan, tertawa lepas tak nampak raut wajah kesedihan sedikit pun. Mereka asyik bercanda satu sama lain, sedang selain itu mereka harus bernyanyi di bawah terik matahari demi sesuap nasi. Tak sedikit yang bisa aku pelajari dari mereka, bahwa kebahagiaan bukan tentang materi bukan pula tentang apa yang kita punyai. Mereka mungkin tak memiliki uang yang banyak dan mungkin tak memiliki keluarga dekat, namun mereka dapat merasakan kebahagiaan yang belum tentu dimiliki banyak orang. Mereka memiliki kebahagiaan dari hidup yang mereka jalani sekarang, kehidupan dengan harapan yang masih tersisa pada diri mereka. Harapan bahwa mereka bisa hidup layak meskipun banyak orang yang menganggap mereka tak pernah ada.
Tidak lama setelah hari dimana aku bertemu dengan anak – anak jalanan, kondisi tubuhku melemah. Wajahku sudah tampak seperti orang yang tidak sehat pada umumnya. Terdapat tanda – tanda curiga dari raut wajah ibu namun aku selalu bisa menutupinya dengan seulas senyum yang terkadang memaksa. Kali ini aku akan pergi ke dokter untuk sekedar memastikan, barang kali saja penyakitku tiba – tiba hilang seketika meskipun hal itu mustahil dan aku berharap bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia. Namun hasilnya nihil, tak ada hal yang membaik dari semuanya, aku pun segera berjalan keluar dari rumah sakit. Di perjalanan pulang, tepatnya di dalam transjakarta, aku bertemu seorang kakek tua bersama cucunya. Aku memulai pembicaraan dengannya.
“ Kakek, itu cucu kakek ? ” tanyaku pada kakek.
“ Iya, ini cucu kakek namanya Arfya. Lucu sekali kan ? ” jawab kakek dengan senyum dan tawa di wajahnya.
“ Lucu sekali kek, gemes ngeliatnya. Orang tuanya maksud saya anak kakek mana ? kok adek bayinya dirawat sama kakek ? ” Tanyaku dengan sopan takut – takut menyinggung perasaan kakek.
“ Oh, orang tua bayi ini sudah meninggal dalam kecelakaan. ” jawab kakek dengan nada sedikit melemah namun senyum masih tetap terlukis di bibirnya.
“ Maaf ya Kek, saya tidak tahu. ” kata terakhir dariku yang merasa pembicaraan sebaiknya disudahi saja.
Meskipun aku sudah tak berbicara pada kakek tapi mataku masih memandangnya, dia asyik sekali bercanda dengan cucunya yang mungkin usianya baru sekitar 3 bulan. Tertawanya begitu lepas meskipun aku tahu dia baru saja ditinggal oleh anaknya beberapa waktu yang lalu. Aku mengerti sekarang bahwa kebahagiaan tak diperuntukan hanya untuk mereka yang masih muda dan memiliki segalanya, bahkan seorang kakek tua yang masih sibuk merawat bayipun bisa berbahagia. Kakek itu memiliki kebahagiaan dari apa yang telah dititipkan padanya, seorang cucu dari anaknya yang telah meninggal. Aku ikuti kakek itu sampai ke rumahnya dan ternyata rumahnya begitu sederhana, tak seperti yang aku bayangkan.
Sudah hampir 3 bulan berlalu dan aku memang sudah benar – benar layaknya orang sakit. Ibu, ayah, dan adikku pun telah mengetahui semuanya, dan mereka tampak tak seceria dulu. Aku ingin mereka bahagia, tidak seperti sekarang ini dimana wajah mereka tampak begitu cemas memikirkanku. Dan akhirnya masa dimana kontrak hidupku di dunia habis tiba juga, ada pesan yang aku sampaikan kepada ibu, ayah, juga Awan.
“Kebahagiaan bisa didapat kapanpun, dimanapun, dengan siapapun, dan dengan cara bagaimanapun. Dulu aku sempat melihat anak jalanan yang tampak bahagia meskipun tak memiliki keluarga, aku harap kalian akan seperti itu, kalian bahagia demi orang – orang yang masih ada di sekitar kalian. Dulu aku juga sempat melihat kakek tua yang begitu ceria meskipun hanya memiliki cucu yang masih bayi, aku harap kalian akan seperti itu, kalian bahagia dengan siapapun yang masih ada di tengah – tengah kalian. Dengan begitu aku juga punya kebahagiaanku sendiri. Aku tetaplah angan yang pernah hadir dalam hidup kalian, angan yang akan selalu membuat kalian tersenyum, angan yang meskipun tak terlihat tapi masih dapat dirasakan canda tawanya. ”
Dan mereka tetap tersenyum dalam tidur panjangku, aku senang sekali mereka seperti itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------
EPILOG
Surat Angan dari Surga,
Untuk Awan adikku,
Aku hanya ingin sedikit menuliskan apa yang sedang aku bayangkan. Kau tahu kalau kau itu menjengkelkan ? anak kecil yang sok dewasa dengan keegoisan tingkat tinggi. Kadang semua itu membuatku benar – benar murka terhadapmu, tapi tidak pada kenyataannya. Kau adalah sumber penyemangatku dan kau perlu tahu akan hal itu. Teruslah tersenyum dengan lebar selayaknya waktu kau dapat mainan baru dari ayah sedangkan aku tidak. Bukankah kau begitu senang kalau sikap tak adil itu selalu dijatuhkan untukku ? tapi bukan itu yang aku maksud. Aku ingin kau tetap tersenyum untuk ibu dan ayah karena senyum yang mereka punya hanyalah senyum darimu sekarang. Carilah kebahagiaanmu sendiri karena kakakmu yang suka meledekmu ini sudah punya kebahagiaan sendiri.
Untuk Ibu dan Ayah,
Aku bingung ingin menulis apa dalam surat yang aku tujukan untuk kalian, yang jelas aku sedang ingin membuat sebuah surat untuk kalian. Aku tahu sekali kalau aku tak pernah berbakat yang namanya merayu, tapi dalam surat ini aku akan coba. Kalian tahu apa yang aku inginkan sehingga aku membuat surat rayuan ini? Aku ingin kalian tetap tersenyum. Aku sedikit mengerti kata Angan dalam namaku, angan itu bisa disebut sebuah bayangan tapi bisa juga dikatakan sebuah imajinasi. Oleh karena itu bayangkanlah diriku yang senantiasa tersenyum apabila melihat kalian bahagia. Ah, aku tahu kata – kataku tak romantis tapi tersenyumlah ibu, ayah. Berbahagiaan kalian dengan apa yang masih kalian punya karena anakmu yang suka membantah ini sudah bahagia dengan segala yang dipunya saat ini.
inspirated by pendutt : )
October 30th, 2009
Rabu, 21 Oktober 2009
filosofi stasiun kereta api
Prolog
Aku adalah mahasiswa di salah satu politeknik negeri di daerah depok. Setiap kali aku pulang dari kampusku, tempat yang aku tuju adalah stasiun kereta api. Menunggu sudah jadi hal yang paling utama di sana. Menunggu apalagi kalau bukan kereta api tujuan pasar minggu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini aku keluar kampus lebih lama dari hari biasanya. Badanku terasa begitu lemas sedang otakku tidak bisa berpikir dengan jernih. Hari ini begitu melelahkan bagiku yang sedari pagi merasa tidak enak badan. Jam menunjukkan kearah angka 4, sudah sore pikirku. Segera ku bergegas menuju stasiun kereta api karena kereta yang aku naiki segera tiba tepat pukul 04.35, masih butuh 35 menit waktuku. Entah kenapa berjalan saja bagiku berat sekali. 30 menit waktu yang cukup untukku hingga sampai stasiun kereta api-yang biasanya hanya 15 sampai 20 menit saja-. Aku masih punya waktu 5 menit sembari menunggu keretaku lewat. Di sebelahku duduk seorang kakek tua dengan topi rimba yang sudah lusung. Aku memulai pembicaraan dengannya.
"Kakek mau pergi kemana ?" tanyaku.
"Kakek mau ke Bogor, ke tempat cucu kakek" jawabnya dengan suara agak gemetar.
"Kalau begitu kakek salah arah, kereta jurusan Bogor itu disebelah sana" unjukku kepada kakek.
"Makasih ya nak." senyum kakek kepadaku sambil memegang pundakku.
Perasaan apa ini ? Otakku yang sedari tadi lumpuh dan tak bisa berpikir akhirnya membayangkan sesuatu. Andai saja dalam 5 menit tadi aku tidak memberi tahu kakek tadi arah yang benar bagaimana nasib kakek tadi ? Anganku mulai melepaskan sejuta gejolak. Pelajaran untukku di hari ini. Hanya dengan waktu 5 menit yang tersisa kakek tadi tidak jadi menuju arah yang salah dan menemukan jalan yang benar yang ia tuju. Begitu juga hidup. Mungkin hanya dengan 5 menit dalam hidup kita, kita dapat merubah hidup kita menjadi sesuatu yang kita harapkan dan tentunya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Itu semua bisa terjadi asalkan kita bisa menentukan jalan yang kita ambil.
Pagi ini aku bagaikan mati suri. Tak heran kalo aku kesiangan. Badanku sebenarnya masih tak enak badan dan mataku berat sekali untuk memberi celah pada cahaya. Tidak masuk kuliah saja pikirku, tapi entah kenapa badan ini bergerak seolah tak dikontrol. Aku menuju kamar mandi dengan setengah kesadaranku. Jam sudah berdetak dan aku memang benar-benar akan terlambat. Aku memutuskan untuk berangkat ke kampus dengan kereta api kali ini. Tiba saja aku di stasiun tepat pukul 07.05, sedang kerataku datang masih ada waktu 10 menit. Tak begitu ramai stasiun ini, tak seperti hari biasanya. Mataku tertuju pada seorang bapak dengan stelan jas yang rapi, ia tertidur. Sebenarnya akupun masih mengantuk. Waktu 10 menit seharusnya aku bisa gunakan untuk sekedar memejamkan mata. Tapi ternyata kereta untukku datang 5 menit lebih awal. Aku naik keretaku sembari melihat bapak yang tertidur tadi. Pas sekali saat keretaku jalan bapak tadi terbangun, ia sadar ia ketinggalan keretanya. Bisakah kalian mengambil pelajaran dari ini ? Janganlah lengah pada waktu. Sesekali kesempatan bisa datang lebih awal dan tidak dapat diduga. Jangan sampai tertidur karena kesempatan itu akan hilang. Aku berpikir mungkin bapak tadi menunggu lagi keretanya datang dan itu menghabiskan waktunya. Kesempatan yang sudah tertinggal akan butuh waktu lama agar ia datang kembali.
Rutinitas yang aku jalani di kampus akhirnya selesai. Bagai narapidana yang keluar dari penjara rasanya karena hari ini konsentrasiku hanyalah dapat beristirahat dengan nyaman di rumah. Langsung saja aku langkahkan kakiku menuju stasiun kereta api langgananku. Kali ini aku tidak sendirian, aku ditemani seorang temanku bernama Rafa.
"Jam setengah dua" jawabku pada Rafa setelah kita sampai di stasiun.
"Wah kereta ekonomi AC masih lama dong datengnya" eluh Rafa.
"Yaudah naik kereta ekonomi biasa aja bareng gua, cuma nunggu 10 menit lagi" saranku kepada Rafa.
"Yah tapi gua udah kebiasaan naik yang ekonomi AC, gimana dong ?" jawab Rafa dengan keragu-raguan di wajahnya.
"Dicoba aja toh sama aja tujuannya, malah bisa lebih cepat sampai" jelasku sambil meyakinkannya.
"Oke deh kalo gitu" kata terakhir dari Rafa yang menandakan ia setuju.
Akhirnya kita berdua naik kereta ekonomi biasa. Aku turun terlebih dahulu sedangkan Rafa masih ada beberapa stasiun yang ia harus lewati. Sampailah aku di rumah yang aku rindukan sebab di kampus selama tujuh jam bagiku seperti seratus tahun lamanya. Ketika aku beristirahat sejenak pikiranku mengingat kembali percakapanku dengan Rafa dan aku menyadari satu hal. Hidup itu tantangan, kadang kita harus berani mengambil langkah baru untuk cepat sampai pada tujuan kita dan tidak hanya terpaku pada jalan yang biasanya kita tempuh yang mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kita sampai pada tujuan.
Hari ini hari Minggu, hari terbebas yang aku miliki. Tak ada kuliah, tak ada pelajaran yang harus dipaksa masuk ke otakku. Tak ada kuliah bukan berarti aku tak ke stasiun idamanku. Rencanaku hari ini adalah pergi ke Bogor untuk sekedar refreshing. Untuk sampai ke Bogor tentunya aku harus naik kereta dan itu berarti aku harus ke stasiun kereta api. Aku sudah siap untuk pergi, pikirku sambil merapikan kerah kemejaku. Sampailah aku di Bogor tepat pukul 08.55, dan itu masih terlalu pagi sepertinya bagiku. Lanjut saja kakiku melangkah menuju tempat-tempat yang menarik yang ada di Bogor. Aku sendirian disini dan aku menikmati kesendirianku. Entah mengapa di hari bebasku jam selalu berdetak seratus kali lebih cepat dibandingkan dengan hari-hariku yang lain yang sering kuhabiskan di kampus. Langit dengan warna kemerah-merahan sudah memberiku tanda bahwa aku harus pulang. kusegerakan kakiku melangkah menuju stasiun Bogor. Setibanya aku distasiun, segera ku duduk karena kakiku rasanya terlalu lemas jika harus berdiri lebih lama. Sambil menunggu keretaku tiba, aku membaca buku novelku yang sudah seminggu tak ku baca kelanjutan ceritanya. Begitu asyiknya aku bersua dengan novelku, sehingga keretaku yang sedari tadi sudah tiba pun tak aku hiraukan. Kakiku pun enggan untuk beranjak dari tempatku duduk. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, yang aku tahu aku sedang tak ingin cepat-cepat naik kereta. Aku biarkan keretaku yang pertama pergi begitu saja. Tiba-tiba datang seseorang menyapaku.
"Hai dek, mau ke jakarta ?" tanya orang itu kepadaku.
"Iya bang, kenapa emangnya ?" jawabku dengan sedikit kecurigaan di hatiku.
"Ah, engga. Cuma nanya doang." jawabnya sambil melakukan gerakan-gerakan yang tidak wajar.
Kecurigaanku benar ternyata, uang di kantongku dirampasnya. sudah kuikhlaskan saja dalam pikirku, tapi tidak dalam hatiku karena ilmu ikhlasku masih tak begitu tinggi. Entah apa yang terjadi padaku di hari itu, semua waktuku bagai ada yang mengatur. Kenapa aku tak segera naik keretaku yang pertama ? Kenapa aku bertemu dengan pencopet ? jawabnya seakan sudah ada diotakku. semua adalah skenario dari-Nya. Sebenarnya aku tahu betul di stasiun banyak sekali pencopet, lalu kenapa tak kusegerakan kakiku agar ku bisa pergi dari stasiun itu saat keretaku datang ? Jawabnya karena Sang Pembuat Skenario Kehidupanku sudah menuliskan jalan cerita hidupku sendiri. DIA telah mengatur sedemikian rupa agar aku tidak segera naik keretaku hingga akhirnya uangku hilang. Kini aku belajar sesuatu, aku belajar bagaimana cara mensyukuri apa yang terjadi dalam hidupku. Karena sesungguhnya Tuhan sudah membuat skenario yang indah dalam setiap kejadian di hidup kita.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Epilog
Stasiun kereta api bukanlah tempat yang nyaman untuk kita belajar. Namun siapa sangka bahwa di tempat yang tidak nyaman itu sebenarnya kita bisa mendapatkan ilmu yang lebih penting dari pada STATISTIKA, MATEMATIKA, FISIKA, dan ilmu-ilmu lain yang kita pelajari secara formal. Stasiun kereta apiku, disanalah aku banyak mengambil pelajaran dalam hidupku. Banyak kejadian yang terjadi di sana yang memberikanku penalaran-penalaran dasar akan makna "kenapa kita hidup". Dan aku tak akan pernah menyesal kalau aku pernah sering berada di stasiun kereta api. Kini stasiun kereta api ini telah penuh dengan manusia. Waktunya aku meninggalkan stasiun kereta api ini untuk sementara. Dan esok hari aku akan datang lagi dengan sejuta kisah menarik lainnya.
inspirated by pendutt
October 12th, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)